Showing posts with label Ekonomi. Show all posts
Showing posts with label Ekonomi. Show all posts

Saturday, November 26, 2016

Yang Dimaksud dengan Rush Money

Definienda: Akhir November 2016 berbagai media cetak dan elektronik memberitakan Kepolisian RI telah menangkap seorang guru SMK di Jakarta yang disangka sebagai seseorang yang telah melakukan provokasi dengan tindakan menghimbau agar masyarakat yang memiliki tabungan di suatu bank untuk menarik uang dari tabungannya secara masive, yang selanjutnya disebut sebagai Rush Money melalui media sosial online. Beberapa teman saya menyebutnya Rush Money 2511. 


Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Rush Money? Pendek kata yang dimaksud dengan Rush Money adalah suatu gerakan menarik uang secara bersama-sama dari tabungan masing masing, dan dalam jumlah besar dalam waktu yang hampir bersamaan (massal), bahkan tak jarang uang yang berada di tabungan atau bank di habiskan tak tersisa lagi.

Secara konseptual, penarikan dana massal disebabkan oleh dua faktor. 

Pertama, kondisi internal perbankan. Saat bank dalam proses menuju kebangkrutan, misalnya, nasabah secara bersama-sama akan menarik dananya. Kasus Bank Duta pada dekade 1990-an menjadi pelajaran penting bank bangkrut karena kesalahan sendiri

Kedua, kondisi ekonomi yang ekstrem. Pengalaman di Argentina dan Meksiko pada awal 1980-an menjadi bukti konkretnya. Perekonomian kedua negara itu didera krisis utang yang memacu inflasi yang hebat. Akibatnya, rakyat lebih memilih menarik uang tunai dari bank untuk mengejar kenaikan harga

Bisa juga Rush Money adalah fenomena sebagai gerakan masyarakat menarik sebagian atau seluruh uang yang tertabung di bank secara bersamaan (massal) dalam waktu yang hampir bersamaan baik melalui ATM atau secara manual melalui kantor-kantor perbankan. Yang menjadi penyebabnya salahsatunya motif diantaranya bisa jadi karena masyarakat kecewa dengan pemerintahan dll

Analis Ekonomi dan Politik dari Labour Institute Indonesia, Andy William Sinaga menyatakan bahwa Rush Money dapat menyebabkan dampak negatif yang ditinjau dari perspektif ekonomi, sodial dan politik.

Dampak Ekonomi

  • Jika rush money benar-benar dilakukan maka akan timbul kekacauan dalam system perbankan, bank akan mengalami kekurangan uang cash, sehingga dapat menyebabkan gejolak ekonomi terutama dapat menyebabkan krisis moneter.

Dampak Sosial

  • Sebagai akibat kekacauan sistem perbankan maka akan timbul keresahan masyarakat karena mereka mengalami kesulitan saat membutuhkan persediaan uang tunai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari/bisnis dan lain sebagainya.

Dampak Politik

  • Dengan adanya gerakan rush money ini maka iklim politik terutama partai pendukung pemerintah bisa saja menarik konsensus untuk menarik dukungan kepada pemerintahan yang sah.
*) dari berbagai sumber

Thursday, August 27, 2015

Teori Basis Ekonomi

Definienda: Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008). Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005). 

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Charles Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. 

Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2007).

Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ) yang diperkenalkan oleh Charles Tiebout. Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan
dari sisi produksinya. 

Asumsi yang digunakan dalam teknik ini adalah semua penduduk disetiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat regional/nasional (pola permintaan secara geografis sama), produktivitas tenaga kerja, dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor (Arsyad,
1999). Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang antara).
  2. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui kecendrungan.

Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan (Tarigan, 2005).

Menurut Glasson (1974), semakin banyak sektor basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya, dan menimbulkan kenaikan volume sektor non basis.

bumn.go.id
Glasson juga menyarankan untuk menggunakan metode location quotient dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis dapat digunakan beberapa metode, yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan melakukan survey langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dilakukan untuk menentukan sektor basis dengan tepat, akan tetapi memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar.

Oleh karena itu, maka sebagian pakar ekonomi menggunakan metode pengukuran tidak langsung, yaitu metode Arbriter, dilakukan dengan cara membagi secara langsung kegiatan perekonomian ke dalam kategori ekspor dan non ekspor tanpa melakukan penelitian secara spesifik di tingkat lokal. Metode ini tidak memperhitungkan kenyataan bahwa dalam kegiatan ekonomi terdapat kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang yang sebagian diekspor atau dijual, metode Location Quotient (LQ) merupakan suatu alat analisa untuk melihat peranan suatu sektor tertentu dalam suatu wilayah dengan peranan sektor tersebut dalam wilayah yang lebih luas, dan metode kebutuhan minimum metode ini sangat tergantung pada pemilihan persentase minimum dan tingkat disagregasi. disagregasi yang terlalu terperinci dapat mengakibatkan hampir semua sektor menjadi basis atau ekspor.

Dari ketiga metode tersebut Glasson (1977) menyarankan metode LQ dalam menentukan sektor basis. Richardson (1977) menyatakan bahwa teknik LQ adalah yang paling lazim digunakan dalam studi-studi basis empirik. Asumsinya adalah jika suatu daerah lebih berspesialisasi dalam memproduksi suatu barang tertentu, maka wilayah tersebut mengekspor barang tersebut sesuai dengan tingkat spesialisasinya dalam memproduksi barang tersebut.

Bacaan:


Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul   Sitohang. Jakarta: LPFEUI.
Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.
Richardson, Harry. 1973. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Tarigan, Robinson, 2003. Ekonomi Regional, Medan: Bumi Aksara.

………………….., 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi Aksara,Cetakan Keempat, Jakarta.

Sunday, February 3, 2013

Pola Penyebaran Pedagang Kaki Lima

Pola Penyebaran Pedagang Kaki Lima
Berdasarkan pola penyebarannya, aktivitas pedagang kaki lima menurut Mc. Gee dan Yeung (1977: 36 – 37) dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) pola yaitu :




1. Pola Penyebaran Mengelompok (Focus Aglomeration)
Pedagang kaki lima pada tipe ini pada umumnya terdapat pada ujung –ujung jalan, ruang-ruang terbuka, sekeliling pasar, ruang parkir, taman-taman dan lain sebagainya. Pola penyebaran seperti ini biasanya dipengaruhi oleh adanya pertimbangan aglomerasi, yaitu suatu pemusatan / pengelompokan pedagang sejenis atau pedagang yang mempunyai sifat komoditas sama atau menunjang (lihat gambar).


2. Pola Penyebaran Memanjang (Linier Concentration)
Ilustrasi: Gee and Yeung (1977)
Pola ini umumnya merupakan pola penyebaran memanjang yang terjadi disepanjang atau di pinggir jalan utama (main street) atau pada jalan yang menghubungkan jalan utama. Pola perdagangan ini ditentukan oleh pola jaringan jalan itu sendiri. Pola kegiatan linier lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan aksesibilitas yang tinggi pada lokasi yang bersangkutan. Dilihat dari sudut pandang dari pedagang kaki lima itu sendiri, hal ini sangat menguntungkan, sebab dengan menempati lokasi yang beraksesibilitas tinggi akan mempunyai kesempatan yang tinggi dalam meraih konsumen. Contoh pola ini bisa disaksikan pedagang kaki lima week-end di trotoar di sekeliling lapangan Pancasila (Simpang Lima) Semarang setiap hari Sabtu sore hingga Minggu pagi, atau sepanjang Jalan Mataram, Jalan Gajahmada, Jalan Hayamwuruk, Jalan Erlangga, dll.