Showing posts with label psikologi. Show all posts
Showing posts with label psikologi. Show all posts

Monday, April 4, 2016

Andragogi (Konsep Pendidikan untuk Orang Dewasa) bagian II *)

Definienda:
Kebutuhan Belajar Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengembangankan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan.

Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangankan dalam aktivitas kegiatan di lapangan. Pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Tambahan pula, bahwa pendidikan orang dewasa mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa, baik pria maupun wanita, sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.

Dengan demikian hal itu dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran orang dewasa yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilan yang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa percaya yang kuat dalam pribadinya. Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif berupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan.

Perubahan perilaku bagi orang dewasa terjadi melalui adanya proses pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini, sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang lain, disebabkan produktivitas yang lebih meningkat. Bagi orang dewasa pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih ke arah usaha pemenuhan kebutuhan lain yang lebih masih diperlukannya sebagai penyempurnaan hidupnya. Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan yang fundamental, penulis mengacu pada teori Maslow tentang piramida kebutuhan sebagai berikut.



*) Drs. Asmin, M.Pd 
Dosen Unimed Medan

Sunday, April 3, 2016

Andragogi (Konsep Pendidikan untuk Orang Dewasa) bagian I *)

Andragogi berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa, dan agogus artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dari kata paid artinya anak dan agogus artinya memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Sementara itu, menurut (Kartini Kartono, 1997), bahwa pedagogi (lebih baik disebut sebagai androgogi, yaitu ilmu menuntun/mendidik manusia; aner, andros = manusia; agoo= menuntun, mendidik) adalah ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya.

Pada banyak praktek, mengajar orang dewasa dilakukan sama saja dengan mengajar anak. Prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan orang dewasa. Hampir semua yang diketahui mengenai belajar ditarik dari penelitian belajar yang terkait dengan anak. Begitu juga mengenai mengajar, ditarik dari pengalaman mengajar anak-anak misalnya dalam kondisi wajib hadir dan semua teori mengenai transaksi guru dan siswa didasarkan pada suatu definisi pendidikan sebagai proses pemindahan kebudayaan. Namun, orang dewasa sebagai pribadi yang sudah matang mempunyai kebutuhan dalam hal menetapkan daerah belajar di sekitar problem hidupnya.

Kalau ditarik dari pengertian pedagogi, maka andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun, karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari siswa bukan kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu, dalam memberikan definisi andragogi lebih cenderung diartikan sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa.

Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan orang dewasa dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam membantu negara-negara yang baru merdeka untuk memajukan bangsanya. Dalam hal ini, tujuan khusus pendidikan orang dewasa itu menjadi sebahagian dari tujuan pendidikan orang dewasa melalui kegiatan program Direktorat Pendidikan Masyarakat yang sudah, sedang, dan akan dijalankan di Indonesia.

                                                                                     *) Tulisan 
                                                                                         Drs. Asmin, M.Pd (Dosen Unimed, Medan)

Thursday, December 2, 2010

Disleksia adalah

Konon mantan Presiden AS, George W. Bush diberitakn sebagai penderita disleksia. Pasalnya, banyak kata yang diucapkan Bush selama masa kampanyenya salah. Misalnya, ia ingin menyatakan AS sebagai negara peacemaker, namun Bush mengucapkannya sebagai negara pacemaker (alat pacu jantung), yang tentu saja sangat berbeda artinya. Tariffs and barriers (bea dan cukai) diucapkan dengan “terriers” (jenis anjing terrier) untuk kata barriers. Konon, pengungkapan kata-kata maupun kalimat salah tadi dilakukan secara konsisten, yang notabene bisa menandakan ia menderita disleksia. Pernyataan yang dipublikasikan sebuah majalah AS itu sempat mengurangi nilai pencalonan Bush sebagai presiden. Yang jelas tim sukses berusaha dengan susah payah menepis tudingan itu. Dan nyatanya, toh Bush berhasil menduduki kursi orang nomor satu yang berkantor di Gedung Putih saat itu (2002).

Gajah dibaca “Jagah”

Apa itu disleksia? Kata disleksia diderivasi dari kata Yunani, dys yang berarti “sulit dalam...”, dan lex (berasal dari legein, yang berarti berbicara). Jadi menderita disleksia berarti kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Namun, menurut dr W. Martin Roan (psikiater), sepanjang seseorang hanya mengalami gangguan disleksia murni saja, umumnya ia hanya menderita gangguan perkembangan spesifik pada tahap tertentu. Pada saat pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan mampu mengatasinya. Yang jelas, selama mendapat gangguan, si penderita memerlukan pelatihan khusus untuk mengejar ketertinggalannya.

Disleksia bukan aleksia. Yang tersebut terakhir merupakan gangguan kemampuan membaca atau mengenali huruf serta simbol akibat kerusakan, infeksi, ata kecelakaan yang mengenai otak atau selaput otak sehingga otak kiri korteks oksipital (bagian belakang) terganggu.

Bentuk klinis disleksia bisa bermacam-macam. Pertama, sulit menyebutkan nama benda (anomi) amat sederhana sekalipun seperti pensil, sendok, arloji, dll. Padahal si penderita mengenal betul benda itu. Gangguan bisa juga dalam kemampuan menuliskan huruf, misalnya b dibaca atau ditulis sebagai d, p ditulis atau dibaca sebagai q atau sebaliknya. Bisa juga salah dalam mengeja atau membaca rangkaian huruf tertentu, seperti gajah dibaca atau ditulis jagah, itu dibaca atau ditulis uti, left ditulis atau dibaca felt, band dibaca atau ditulis brand.


Yang menarik, disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca tulis, melainkan bisa juga berup gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti petunjuk (intruksi), bisa juga dalam kemampuan bahasa ekspresif dan reseptif, mengingat, mempelajari matematika/berhitung, bernyanyi, dll. Repotnya, gangguan disleksia adakalanya diikuti gangguan penyerta lain seperti mengompol sampai usia empat tahun ke atas, nakal suka mengganggu teman, serta mengganggu di kelas.
Tuduhan terhadap Bush tadi mungkin berkenaan dengan gangguan ketidakmampuan mengungkapkan bahasa ekspresif. Namun penderita disleksia terbanyak adalah dalam hal belajar membaca dan menulis.


Tidak seperti penyandang cacat mental, intelegensi anak disleksia umumnya normal, bahkan acapkali di atas rata-rata. Walaupun sulit membaca kata-kata, biaanya mereka tidak menjumpai kesulitan dalam membaca angka atau not balok musik, kecuali kalau mereka menderita disleksia angka. Jadi jangan menganggap anak disleksia anak terbelakang atau bodoh.


*) Disalin dari Nanny Selamihardja
(Kumpulan Artikel Kesehatan Anak, Intisari, 2002:66-71)