Showing posts with label Perencanaan Pembangunan. Show all posts
Showing posts with label Perencanaan Pembangunan. Show all posts

Wednesday, March 4, 2015

Angka Partisipasi Sekolah (APS): #1 Pengertian dan Cara Intepretasinya

Definienda: Angka Partisipasi Sekolah biasanya disebut APS adalah Proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. Sejak Tahun 2009, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, dan Paket C) turut diperhitungkan.
courtesey: Komunitas Ayah Edy

APS dikenal sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan layanan pendidikan di suatu wilayah baik Provinsi, Kabupaten atau Kota di Indonesia. Semakin tinggi nilai APS, maka daerah tersebut dianggap berhasil menyelenggarakan layanan akses pendidikan. 

APS yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum. Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari besarnya APS pada setiap kelompok umur. 

Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah di suatu wilayah/daerah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

APS muncul dianggap sebagai tolok ukur kinerja layanan pendidikan berdasarkan pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi: 

(1)  Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undangundang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari aggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5)  Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

Rumus Menghitung APS

Contoh interpretasi
Misalkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun di Kabupaten Bangka adalah sebesar 96 persen. Hal ini berarti masih ada 4 persen penduduk berusia 7-12 tahun yang tidak bersekolah.

Untuk itu Pemerintah Daerah perlu mengambil kebijakan sebagai bentuk intervensi (campur tangan) dalam rangka meningkatkan layanan pendidikan. Kebijakan yang diambil harus dianalisis lebih dulu apa saja penyebabnya, apakah karena kemiskinan, keadaan geografis, atau kondisi lainnya. Jika 4 persen penduduk tersebut tidak bisa bersekolah karena disebabkan kemiskinan Kepala Daerah dapat mengambil kebijakan berupa pemberian beasiswa, pembebasan biaya sekolah, Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Tuesday, February 3, 2015

Antara Data, Datum dan Informasi #1

Definienda: Setiap hari, saya, anda, teman anda selalu atau pernah bicara tentang data. Apa sih data? Definienda akan mengetengahkan pengertian dan hal ihwal tentang data. 

Pengertian Data
Data adalah bentuk jamak dari datum. Jadi bentuk singular (tunggal) dari data itu adalah
Contoh Data 
datum. Data dapat dianggap sebagai sesuatu yang pernah terjadi atau fakta. Data adalah segala macam bentuk benda, karakter (titik, koma, spasi, angka, huruf, simbol), warna, bunyi, kata kerja, kata benda, dan sebagainya. So, Data could be anything. Saya juga setuju jika ada pendapat bahwa data merupakan bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa, aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya. Singkat cerita, data merupakan suatu kenyataan apa adanya (raw facts).

Data belum memiliki makna bagi pembacanya jika :
  1. pembaca tidak memiliki kepentingan (relevan) atau 
  2. pembaca tidak memiliki pengalaman terhadap fakta tersebut
Sebagai contoh, ketika Anda sedang menikmati suguhan berita tentang Pak Jokowi melakukan blusukan di televisi, di layar televisi tersebut terlihat tayangan marquee text atau running text yang bunyinya misalnya "Lorenzo akan menggunakan YZR M1 pada musim MotoGp 2015 ..." karena Anda tidak memiliki kepentingan terhadap data itu, niscaya anda tidak akan memperhatikannya, tentu saja running text tersebut tidak bermakna apa-apa bagi Anda.

Data akan bermanfaat bagi penggunanya jika:
  1. objektif (objective), tidak direkayasa
  2. cukup mewakili dari objek (representative)
  3. up to date (tidak jadul, tidak kadaluarsa)
  4. relevan dengan tujuan si pengguna (relevant).
Klasifikasi Data
Data dapat diklasifikasikan menurut cara memperoleh, sumber, jenis dan sifatnya, serta skala pengukurannya.

I. Berdasarkan Cara Memperoleh, data dapat dibedakan Data Primer dan Data Sekunder.
  • Data Primer adalah data yang diperoleh dengan carara langsung dari sumbernya oleh peneliti/yang berkepentingan misalnya dengan cara menyebarkan kuisioner, wawancara atau pengamatan.
  • Data Sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti atau pihak yang berkepentingan, misalnya dokumen-dokumen laporan, jurnal, dan lainnya.
II. Berdasarkan jenisnya, data dapat dibedakan Data Kualitatif dan Data Kuantitatif.
  • Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif berbentuk pernyataan verbal, simbol atau gambar. 
    Data Kualitatif biasanya menjelaskan karakteristik atau sifat dari objek yang diteliti. Sebagai contoh: kondisi objek (rusak berat, rusak sedang, rusak ringan; amat cukup baik, baik), pekerjaan (pengangguran, buruh, petani/nelayan, pengusaha/wiraswasta, Pegawai BUMN, PNS/TNI/Polri), tingkat kepuasan ( sangat tidak puas, tidak puas, puas, sangat puas), sikap (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). Data kualitatif juga dapat berupa warna, jenis kelamin, status perkawinan, dll.
  • Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan, atau data kualitatif yang diangkakan. Contoh: tinggi, umur, jumlah, skor hasil belajar, temperatur, dll.
III. Berdasarkan Waktu Pengumpulannya, dibedakan data berkala dan data cross section
  • Data Berkala (Time series) yakni data yang terkumpul dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan/fenomena. sebagai contoh: data perkembangan harga sembilan macam bahan pokok (sembako) selama 6 bulan terakhir yang dikumpulkan setiap bulan.
  • Data Cross Section, yaitu  data yang terkumpul pada suatu waktu tertentu untuk memberikan gambaran perkembangan keadaan atau kegiatan pada waktu itu. sebagai contoh: data sensus penduduk tahun 2010, data hasil Ujian Nasional siswa SMK Tahun 2012, dll.
IV. Pembagian data menurut skala pengukurannya
Skala pengukuran adalah aturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran. Menurut skala pengukurannya, data dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu: data nominal, data ordinal, data interval, dan data rasio
  • Data nominal adalah data yang diberikan pada objek atau kategori yang tidak menggambarkan kedudukan objek atau kategori dimaksud terhadap objek atau kategori lainnya, namun hanya sekedar label atau kode saja. Data ini hanya mengelompokkan objek/kategori ke dalam kelompok tertentu. Data nominal memiliki ciri hanya dapat dibedakan antara satu dengan lainnya dan tidak bisa diurutkan/dibandingkan. Data ini mempunyai karakter-karakter yaitu (1) kategori data bersifat saling lepas (satu objek hanya masuk pada satu kelompok saja). (2) Kategori data tidak disusun secara logis. Sebagai contoh data skala nominal: warna rambut, jenis kelamin, etnis/suku, agama dan lain-lain
  • Data ordinal adalah data yang penomoran objek atau kategorinya disusun menurut besarnya, yaitu dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya dengan rentang yang tidak harus sama. Data ini memiliki ciri seperti ciri data nominal ditambah satu ciri lagi, yaitu kategori data dapat disusun/diurutkan berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki. Contoh data berskala ordinal yaitu:
    tingkat pendidikan, golongan pegawai, kasta, dll.
  • Data interval yakni data dengan objek/kategori yang dapat dibedakan antara data satu dengan lainnya, dapat diurutkan berdasarkan suatu atribut dan memiliki jarak yang memberikan informasi tentang interval antara tiap objek/kategori sama. Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi. Data ini memiliki ciri sama dengan ciri pada data ordinal ditambah satu ciri lagi, yaitu urutan kategori data mempunyai jarak yang sama. Dalam data interval tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh data berskala interval yakni: temperatur, skor hasil belajar, skor hasil tes psikologi, skor IQ, dll. Hasil pengukuran suhu (temperatur) menggunakan termometer yang dinyatakan dalam ukuran derajat. Rentang temperatur antara 00 Celcius sampai  10 Celcius memiliki jarak yang sama dengan 10 Celcius sampai  20 Celcius. Oleh karena itu berlaku operasi matematis ( +, – ), misalnya 150 Celcius + 150 Celcius = 300 Celcius. Namun demikian tidak dapat dinyatakan bahwa benda yang bersuhu 150 Celcius memiliki ukuran panas separuhnya dari benda yang bersuhu 300 Celcius. Demikian juga, tidak dapat dikatakan bahwa benda dengan suhu 00 Celcius tidak memiliki suhu sama sekali. Angka 00 Celcius memiliki sifat relatif (tidak mutlak). Artinya, jika diukur dengan menggunakan Termometer Fahrenheit diperoleh 00 Celcius = 320 Fahrenheit. Kecerdasaran intelektual yang dinyatakan dalam IQ. Rentang IQ 100 sampai  110 memiliki jarak yang sama dengan 110 sampai  120. Namun demikian tidak dapat dinyatakan orang yang memiliki IQ 150 tingkat kecerdasannya 1,5 kali dari orang yang memiliki IQ 100. Begitulah.
  • Data rasio yaitu data yang memiliki sifat-sifat data nominal, data ordinal, dan data interval tetapi dilengkapi dengan kepemilikan nilai atau titik nol mutlak/absolut dengan makna empiris. Data rasio dapat dibagi atau dikali. Jadi, data rasio memiliki sifat; dapat dibedakan, diurutkan, punya jarak, dan punya nol mutlak. Contoh data berskala rasio: Umur, tinggi badan, berat, dll. Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan dalam gram memiliki semua sifat-sifat sebagai data interval. Benda yang beratnya 1 kg berbeda secara nyata dengan benda yang beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari yang terberat sampai yang terringan. Perbedaan antara benda yang beratnya 1 kg dengan 2 kg memiliki rentang berat yang sama dengan perbedaan antara benda yang beratnya 2 kg dengan 3 kg. Angka 0 kg menunjukkan tidak ada benda (berat) yang diukur. Benda yang beratnya 2 kg 2 kali lebih berat dibandingkan dengan benda yang beratnya 1 kg.

daftar bacaan:
  1. J Supranto, Statistik, Teori Dan Aplikasi, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987
  2. Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Sunday, December 21, 2014

Sistem; Konsep, Definisi, Unsur-unsur dan Jenis-jenisnya #1

Definienda: Dalam pergaulan sehari-hari Anda sering kali mendengar kata sistem. Misalnya dalam percakapan di kafe kopi tiam atau obrolan semi resmi sampai forum formal seperti diskusi panel, forum ilmiah dan sebagainya. Mari kita lihat dua contoh pernyataan yang sama-sama menggunakan kata sistem di bawah ini:
National Geographic

Contoh 1:
"Jantung adalah salah satu organ dalam sistem peredaran darah manusia dan hewan"

Contoh 2:
"Untuk mengatasi kemacetan dan mengurangi kecelakaan lalu lintas digunakan prinsip sistem buka tutup yang diatur oleh Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)" ini adalah contoh kalimat yang dikutip dari sebuah draft skripsi seorang mahasiswa.

Kedua contoh kalimat di atas adalah aplikasi dari pandangan W.A. Shrode dan Dan Voich, Jr dalam bukunya Organization and Management (1974). Shrode dan Voich mengklasifikasikan pengertian dan penggunaan sistem, yaitu yang merujuk kepada suatu identitas, wujud suatu benda (abstrak atau konseptual maupun benda konkret) yang memiliki tata aturan atau susunan struktural dari bagian-bagian/elemen-elemennya (entitas), dan yang merujuk kepada metode untuk mencapai tujuan. Contoh kalimat 1 adalah aplikasi sistem sebagai wujud suatu benda, sedangkan contoh kalimat 2 pengertian sistem lebih merujuk kepada metode untuk mencapai tujuan.

Definisi Sistem
Berikut ini definisi sistem menurut para ahli. 
Definisi yang paling sederhana sistem telah dikemukakan oleh Johnson, Kast dan Rosenzweig: 
Suatu sistem adalah suatu kebulatan/entitas yang kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau kombinasi hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/entitas yang kompleks atau utuh"
Campbell (1979) memberikan definisi secara lengkap yang menunjukkan adanya tujuan yang hendak dicapai. Menurutnya, sistem adalah merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai sesuatu tujuan.

Awad (1979) menyatakan bahwa sesuatu disebut sistem apabila merupakan sehimpunan komponen yang terorganisasikan dan berkaitan dengan sesuai rencana untuk mencapai tujuan tertentu.

Sejalan dengan Campbell dan Awad, Murdick dan Ross (1984) mendefinisikan sistem sebagai suatu sperangkat / susunan elemen-elemen yang berinteraksi dan membentuk aktivitas atau proses atau prosedur yang terintegrasi dalam rangka mencapai tujuan. Definisi-definisi Campbell maupun Awad memang sedikit njlimet dan rumit, maka dari itu Murdick dan Ross memberikan gambaran yang dapat menjelaskan sistem dengan memberi contoh:
  1. Sistem Pabrik, yakni sekelompok orang, mesin dan fasilitas lain (disebut juga unsur atau sehimpunan elemen) melakukan kegiatan atau bekerja untuk menghasilkan jumlah dan jenis produk tertentu (kendaraan bermotor, sebagai tujuan bersama) dengan cara mendayagunakan dan mengolah atau memberlakukan persyaratan produk, jadwal, bahan mentah, bahan baku, sumberdaya lainnya (listrik) yang diubah menjadi daya mekanik (mengolah data, bahan dan energi) guna menghasilkan hasil karya/produk dan informasi yang telah direncanakan atau diterapkan pada para pelanggan (guna menghasilkan barang pada saat yang telah ditentukan).
  2. Sistem Informasi Manajemen. Sekumpulan orang, seperangkat pedoman dan alat perlengkapan pegolah data (sebagai sekumpulan unsur/elemen) yang berfungsi memilih,  menyimpan, mengolah dan memanggil kembali (retrieval) data (mengolah data dan bahan sebagai suatu proses) untuk mengurangi ketidakpastian di dalam pembuatan keputusan (sebagai tujuan bersama) dengan menghasilkan informasi bagi pimpinan/pengambil kebijakan (decission maker).
  3. Sistem Organisasi Usaha. Sekumpulan orang (sebagai sehimpunan unsur/elemen) mencari dan mengolah sumber-sumber material dan informasi (membuat kegiatan) untuk mencapai berbagai macam tujuan bersama.
Dari ketiga penjelasan Murdick dan Ross terlihat ada unsur di dalam definisi yang selalau ada yaitu: (1) sehimpunan unsur/elemen, (2) tujuan sistem, (3) wujud hasil kegiatan atau proses (dalam durasi waktu tertentu), dan (4) pengolahan data/energi/bahan.


Bahan Bacaan:
Awad, E.M., (1979) System Analysis and Design. Homewood Illinois: Richard D. Irwin
Kast, F.E., and Rosenzwigh (1970). Organization and Management: A System Approach. New York: McGraw Hill
Shrode, W.A and Dan Voich, Jr. (1974) Organization and Management: Basic System Concepts. Malaysia: Irwin Book Co.

Thursday, January 31, 2013

Latar Belakang Munculnya Pedagang Kaki Lima

Latar Belakang Munculnya Pedagang Kaki Lima

Kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian berakibat pada stagnasi atau tidak memadainya pertumbuhan pendapatan di daerah perdesaan. Hal ini juga dibarengi dengan kebijakan mengimpor teknologi padat modal secara besar-besaran untuk mencapai industrialisasi. Ribuan petani di perdesaan kehilangan lahan karena diterapkannya mekanisme pertanian sebelum waktunya, atau karena lahan pertanian yang semakin sempit, sehingga kesempatan yang lebih besar dimiliki kota untuk berusaha mengakibatkan terjadinya urbanisasi. Dorongan utama bermigrasi dari desa ke kota ini adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik (Todaro dan Stilkind, 1996). 


Namun demikian sektor modern berupa manufacturing dan industrialisasi tidak mampu menyerap angkatan kerja baik penduduk kota yang semula ada dan ditambah dengan penduduk pendatang. Kebutuhan untuk tetap bertahan hidup memaksa angkatan kerja untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal yaitu pedagang kaki lima. 


ilustrasi: mkgr.org
Perkembangan sektor informal terutama pedagang kaki lima menjadi semakin menjamur dikarenakan strategi pembangunan yang dilakukan secara keseluruhan lebih menekankan pada kebijaksanaan pembangunan yang dipusatkan diperkotaan dan mengabaikan pedesaan.


Kegiatan sektor pertanian dipedesaan akhirnya tidak dapat lagi menampung angkatan kerja yang terus berkembang, sehingga angkatan kerja yang ada melakukan migrasi ke kota dengan pengharapan mendapatkan pekerjaan dari sektor industri diperkotan. Penambahan angkatan kerja baik yang berasal dari kota itu sendiri dan ditambah dengan tenaga kerja yang berasal dari pedesaan (biasanya mereka merupakan tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian khusus) tidak dapat ditampung oleh sektor industri yang ada. 

Faktor pendorong masyarakat untuk memilih berusaha pada pedagang kaki lima antara lain disebabkan karena; satu, pola kegiatan ekonomi perkotan yang cenderung menciptakan persaingan yang tidak imbang terhadap usaha kecil yang dilakukan ekonomi lemah; dua, keterbatasan sumberdaya (harta benda, keterampilan, permodalan dan informasi); tiga, terjadinya krisis moneter yang mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan kerja sehingga banyak pekerja formal terpaksa berpindah ke sektor informal; empat, kesempatan kerja pada sektor informal terutama pedangang kaki lima terbuka lebar, karena penawaran/permintaan tenaga kerja tidak terbatas, sedangkan sektor formal kesempatan kerja tercipta karena adanya kenaikan permintaan atas barang dan jasa, yang besar kecilnya tergantung pada elastisitas pemakaian teknologi.

Monday, December 27, 2010

Perencanaan: Pengertian dan Prosesnya

Perencanaan dianggap sebagai suatu proses yang dimulai dengan formulasi kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan, kemudian diikuti dengan berbagai langkah-langkah kegiatan (measures) untuk merealisirnya. Dengan melihat perencanaan sebagai suatu proses yang meliputi formulasi rencana dan implementasinya, dapatlah diusahakan rencana itu bersifat realistis dan dapat menanggapi masalah-masalah yang benar-benar dihadapi (Trokroamidjojo, 1995 :189).
Tjokroamidjojo (1995: 34-35) menyebutkan beberapa dimensi-dimensi operasional perencanaan, antara lain:
  1. Berorientasi untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dapat bersifat ekonomi, politik, sosial bahkan tujuan-tujuan ideologis atau seringkali suatu kombinaasi dari pada berbagai hal tersebut. Tujuan-tujuan ini yang menjadi dasar dan perangsang dari kegiatan usaha yang menimbulkan “ sense of purpose”.
  2. Berorientasi kepada pelaksanaannya. Hal ini telah dikemukakan dalam uraian terdahulu. Perencanaan bukan hanya merumuskan tujuan-tujuan tetapi diarahkan untuk merealisirnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan dalam perencanaan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan guna mencapai tujuan. Kemudian perlu difikirkan pula konsekuensi dari kegiatan-kegiatan tersebut.
  3. Pemilihan dari berbagai alternatif mengenai tujuan-tujuan mana yang lebih diinginkan. Sehingga perlu ada skala prioritas pencapaian tujuan-tujuan dalam waktu. Demikian pula pemilihan cara-cara untuk mencapainya. Menyerasikan kombinasi yang terbaik mengenai tujuan mana yang akan dicapai dan cara apa mencapainya dalam tahap-tahap waktu tertentu.
  4. Perspektif waktu. Pencapaian tujuan-tujuan tertentu mungkin perlu dilaksanakan secara bertahap. Penetapan mana yang harus didahulukan, penjadwalan kegiatan-kegiatan dan lain-lain.
  5. Perencanaan harus merupakan suatu kegiatan kontinu dan terus menerus dari formulasi rencana dan pelaksanaannya. Dalam proses tersebut sering diperlukan formulasi dan pelaksanaan kembali dari rencana. Hal ini akan diuraikan secara lebih terperinci dalam bagian lain.
Ditambahkan oleh Saul M Katz dalam Tjokroamidjojo (1995:189) bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu. Dalam proses yang kontinu ini meliputi dua aspek, yaitu formulasi rencana dan pelaksanaannya. Dalam proses perencanaan yang kontinu perlu adanya unsur-unsur (Tjokroamidjojo, 1995 :189-191):
  1. Sifat rencana itu sendiri sebagai dasar pelaksanaannya sudah mengandung ciri-ciri yang berorientasi kepada pelaksanaan, dalam arti memungkinkan untuk pelaksanaannya. Ini berarti pula supaya dalam perencanaan sudah diperhatikan kapasitas administratif bagi pelaksanaannya. 
  2. Proses perencanaan tetap mengandung unsur kontinuitas dan fleksibilitas. Oleh karena itu maka perlu terus menerus dilakukan reformulasi rencana dan re-implementasi dalam pelaksanaannya.
  3. Mengusahakan perencanaan dapat seoperasional mungkin. Mengenai hal ini antara lain diusahakan penggunaan apa yang disebut perencanaan operasional tahunan, kaitannya dengan anggaran belanja tahunan.
  4. Adanya sistem pengendalian pelaksanaan pembangunan yang mengusahakan keserasian antara pelaksanaan dan perencanaan. Dalam hal ini seringkali unsur koordinasi pelaksanaan antar lembaga merupakan hal yang sangat penting.
  5. Bagi proses penyesuaian kembali rencana dan pelaksanaannya serta bagi pengendalian pelaksanaan, diperlukan adanya sistem pelaporan dan evaluasi dalam proses perencanaan yang sering dinamakan sistem ”feed back”.
Pengertian mengenai perencanaan adalah bermacam-macam, bergantung kepada keahlian orang yang menggunakan istilah tersebut (Jayadinata, 1999 : 4-5). Bagi ahli ekonomi, perencanaan itu mengatur sumber-sumber yang langka secara bijaksana. Untuk seorang arsitek, perencanaan itu berhubungan dengan pengembangan lingkungan fisik. Bagi seorang perencana, perencanaan itu meliputi pengaturan dan penyesuaian (mungkin dengan mengubah) hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk memahami definisi perencanaan perlu diperhatikan batasan-batasan di bawah ini:
  1. Perencanaan adalah pemikiran hari depan.
  2. Perencanaan berarti pengelolaan.
  3. Perencanaan adalah pembuatan keputusan.
  4. Perencanaan adalah pembuatan keputusan yang terintegrasi.
  5. Perencanaan adalah suatu prosedur yang formal untuk memperoleh hasil yang nyata, dalam berbagai bentuk keputusan menurut sistem yang terintegrasi.
Materi perencanaan meliputi beberapa hal, antara lain (Jayadinata, 1999 : 7-8):
  1. Analisis, yaitu kupasan data, proyeksi/ramalan atau perkiraan untuk masa depan yang bertitik tolak dari keadaan masa kini;
  2. Kebijaksanaan (policy), yakni pemilihan rencana yang baik untuk pelaksanaan, yang meliputi pengetahuan mengenai maksud dan kriteria untuk menelaah alternatif-alternatif rencana.
  3. Rancangan atau desain (design), yaitu rumusan dan sajian rencana.
  4. Perencanaan menurut Conyers (1984 : 4-8) didefinisikan sebagai suatu proses yang bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut berarti ada 4 elemen dasar perencanaan yaitu:

  • Merencana berarti memilih. Perencanaan merupakan proses memilih diantara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan tersebut dapat dilakukan dan tercapai secara simultan.
  • Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya yang berarti bahwa perencanaan mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana penggunaan sumber daya yang tersedia sebaik-baiknya.
  • Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.
  • Perencanaan untuk masa depan, dalam arti bahwa tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu perencanaan berkaitan dengan masa depan.
Siklus Perencanaan
Perencanaan juga dipandang sebagai suatu proses perubahan sosial yang bergantung pada partisipasi warga dan kelompok agar hasil yang dicapai dapat efektif dan agar tujuannya dapat tercapai. Di sini, perencanaan didefinisikan sebagai proses penerapan metode secara sadar dan disengaja untuk menangkap masa depan dengan tujuan untuk mengubah keadaan saat ini sehingga mengubah arah masa depan atau mengubah masa depan untuk melestarikan keadaan saat ini. Selanjutnya, perencanaan merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan bukan saja untuk memecahkan suatu masalah tetapi juga agar solusi yang diperoleh dapat diterima dan diimplementasikan (Burke, 2004 : 5). Sebagai akibatnya, kegiatan perencanaan membutuhkan tiga cara yang berbeda namun saling berhubungan, yaitu:
1. Cara berpikir yang dapat memahami keadaan masa lalu dan masa kini.
2. Cara berpikir yang dapat membayangkan masa depan.
3. Cara berpikir yang dapat mencapai masa depan.

Perencanaan seringkali dianggap sebagai suatu siklus. Proses perencanaan tersebut memerlukan suatu tahapan monitoring (pengawasan) dan evaluasi. Siklus perencanaan tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut (D. Conyers, 1984 : 74).

Sunday, April 4, 2010

Klasifikasi Kemiskinan Menurut Sumodiningrat

Definienda: Prof. Mubyarto (1994) mensinyalir bahwa kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang tidak dapat dihindari si miskin. Bank Dunia (World Bank) (1990) mendefiniskan kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar yang dimaksud adalah kebutuhan pangan, sandang dan properti (tempat tinggal).

Lebih lanjut Friedman,  mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial yang meliputi modal produktif, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, dan informasi yang berguna untuk memajukan hidup mereka. 

Soedarsono (2000) menyatakan kemiskinan sebagai struktur tingkat hidup yang rendah, mencapai tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibanding dengan standar hidup yang umumnya berlaku dalam masyarakat.

Klasifikasi Kemiskinan

Sumodiningrat (1999) mengklasifikasikan pengertian kemiskinan dalam lima kelas yaitu :

  1. Kemiskinan absolut, apabila tingkat pendapatan seseorang berada di bawah garis kemiskinan atau pendapatannya jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum yang antara lain: kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan yang diperlukan untuk hidup dan bekerja.
  2. Kemiskinan relatif, bila seseorang yang mempunyai penghasilan di atas garis kemiskinan tetapi relatif lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya+
  3. Kemiskinan kultural, mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupannya meskipun ada usaha dari pihak luar yang berupaya membantu.
  4. Kemiskinan kronis, disebabkan oleh beberapa hal yaitu kondisi sosial budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif, keterbatasan sumber daya dan keterisolasian serta rendahnya taraf pendidikan dan derajat perawatan kesehatan, terbatasnya lapangan pekerjaan dari ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar.
  5. Kemiskinan sementara, terjadi akibat adanya perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi. Perubahan yang bersifat musiman seperti dijumpai pada kasus kemiskinan nelayan dan pertanian tanaman pangan, bencana lam atau dampak dari sutu kebijakan tertentu yang berkibat pada penurunan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Prof. Ginanjar Kartasasmita (1996), keadaan kemiskinan umumnya diukur dengan tingkat pendapatan, dan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. 

Kemiskinan secara absolut apabila pendapatannya lebih rendah dari garis kemiskinan absolut atau dengan kata lain jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum yang dicerminkan oleh garis kemiskinan absolut. 

Kemiskinan relatif adalah keadaan perbandingan antara kelompok pendapatan masyarakat yaitu antara kelompok yang mungkin tidak miskin (tingkat pendapatannya lebih tinggi dari garis kemiskinan) dan kelompok masyarakat yang relatif lebih kaya.

Sunday, December 27, 2009

Sistem Transportasi

Sebelum membahas pendekatan sistem lebih lanjut, perlu diutarakan tentang pengertian sistem. Banyak ahli yang telah mendalami sistem sesuai dengan kebutuhannya sehingga definisinyapun beragam. Jogiyanto (2005:34) mendefinisikan sistem melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan dengan pendekatan komponen dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sementara itu, menurut Prahasta (2005:37) sistem dapat didefinisikan sebagai objek, ide, berikut saling keterhubungannnya (interelasi) dalam mencapai tujuan atau sasaran bersama. Sistem juga dipandang sebagai suatu kumpulan objek yang terangkai dalam interaksi dan saling ketergantungan yang teratur (Gordon, 1995). Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem bermakna sebagai satu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang terikat dalam interaksi dan saling ketergantungan guna mencapai tujuan.

Selanjutnya pengertian mengenai sistem transportasi dapat dipahami melalui dua pendekatan yaitu: sistem transportasi menyeluruh (makro) serta sistem trasnportasi mikro yang merupakan hasil pemecahan dari sistem transportasi makro menjadi sistem yang lebih kecil yang masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem transportasi mikro terdiri dari (Tamin, 2000):

1. Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Besarnya pergerakan sangat berkaitan dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.


2. Sistem Jaringan
Sedangkan sistem jaringan merupakan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana/infrastruktur) tempat moda transportasi bergerak. Sistem jaringan meliputi: sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal bis, stasiun kereta api, bandara dan pelabuhan laut.


3. Sistem Pergerakan
Sistem pergerakan ditimbulkan karena interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan. Sistem pergerakan yang ada merupakan sistem pergerakan orang dan manusia.


4. Sistem Kelembagaan
Sistem kelembagaan merupakan instansi yang mengatur sistem transportasi beserta kebijakan-kebijakan yang mengaturnya.


Gambar  Sistem Transportasi Makro (Sumber: Tamim (2000)
Sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan akan saling mempengaruhi. Perubahan pada sistem kegiatan jelas akan mempengaruhi sistem jaringan melalui perubahan pada tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan sistem jaringan akan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan tersebut. Sistem pergerakan memegang peranan penting dalam menampung pergerakan agar tercipta pergerakan yang lancar dan pada akhirnya juga pasti mempengaruhi kembali sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada dalam bentuk aksesibilitas dan mobilitas. Ketiga sistem mikro ini saling berinteraksi dalam sistem transportasi makro. Interaksi antar sistem tersebut dapat membentuk sistem transportasi makro yang dijelaskan dalam gambar berikut (Tamin, 2000).

Dengan demikian, sistem transportasi dapat dipahami melalui dua pendekatan yaitu: sistem transportasi menyeluruh (makro) serta sistem trasnportasi mikro yang merupakan hasil pemecahan dari sistem transportasi makro menjadi sistem yang lebih kecil yang masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem tersebut terdiri dari: sistem kegiatan, sistem jaringan, sistem pergerakan dan sistem kelembagaan.

Referensi:

Davis, Gordon B., 1995, Management Information System, 7th Edition, New York: McGraw-Hill Book Company

Tamin, Ofyar. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung: Penerbit ITB.